kata yang sama aku ucapkan 4 taun lalu.
Sekitar 4 taun lalu, setelah perjuanganku belajar sendiri dan melewati ujian O level dan disertai perjuangan ujian As level, aku lega dan senang. Melihat kembali semua pertengkaran dengan pemimpin sekolah yang menentang rencanaku untuk keluar sekolah lebih awal dan menuju ke jenjang yang lebih tinggi, mereka sangat menyayangkan atas keputusanku untuk mengambil jurusan desain. Masih teringat, salah satu dari mereka berkata "I want to see you to be a scientist, not a designer. It's like a waste." Tapi aku bersi kukuh pada tujuanku. Singkat cerita, aku puas sudah menyelesaikan ujian akhir dengan baik. Waktu itu aku merasa berhasil untuk merebut "tiket" keluar dari sekolah (well, teman2 bbcs pasti mengerti apa yang terjadi dulu.. hahaha..) dan meninggalkan ijasah A level yang sebenarnya tinggal sedikit lagi.
Tujuan berikutnya: melanjutkan studi di LASALLE (jurusan Design Communication)
Deadline: 4 taun
Dulu, mengambil jurusan business dan yang berbau ilmiah sepertinya bukan pilihan buat ku. Aku memilih desain hanya berdasarkan hobby meng-edit foto dan kesenanganku pada menggambar dan seni, tanpa tau bagaimana sebenarnya industri ini berjalan. Taun pertama, foundation year, adalah taun yang 'menampar' dimana aku menyadari bahwa ada sangat sangat sangat banyak skill dan pengetahuan yang harus aku kejar untuk bisa bertahan di dunia ini. Aku nyaris keluar dan ingin pindah jurusan akutansi atau psikologi, tapi dengan segala pertimbangan yang ada aku memilih untuk melanjutkan di dunia seni ini. Taun kedua, level 1, aku mulai focus pada bidang yg sudah ku pilih (desain grafis) dan membangun skill sedikit demi sedikit. Taun ketiga, level 2, aku mulai mengerti betapa berat dan susahnya tuntutan guru dan industri desain yang meminta ide terbaik dan bukan ide yang baik. Taun terakhir, level 3, adalah taun terberat karena kami harus memberikan diri sendiri standard dan batasan untuk memulai dan menyelesaikan projects pada sebuah design issue (dengan menggunakan pengetahuan dan skill yang sudah diraup selama 3 taun sebelumnya). Pada akhirnya, aku menyimpulkan bahwa industri desain bukanlah hal yang mudah.
Memang, mereka bilang kami ini freak, kami memilih seni karena tidak bagus pada bidang akademis, dan pernyataan2 miring lainnya yang menyepelekan industri ini. Lalu aku? Aku cuman tertawa pada mereka dan berkata dalam hati: look around you, it's all designed. You are actually consuming our work. Well, sudah jangan di teruskan dah. (aku ga bermaksud menyepelekan jurusan lain, cuman aku sebal sama orang2 yang bilang begitu, hahaha.. beberapa taun lalu jg ada postingan mirip, click here) Yang pasti, aku bangga menjadi bagian dari LASALLE, dimana mereka menyebut kami "creative people" meskipun aku sendiri ga terlalu pede dalam hal kreativitas.
And now.. here I am, 4 years later. Tujuanku 4 taun lalu sudah tercapai dengan baik (walau melewati segunung tantangan, ber-ember ember tangisan, dan berliter liter keringat #lebay), and all I can say is finally, it is over.
Tujuan berikutnya: sukses dalam karir, memaximalkan pelayanan di gereja, dan menemukan dan melaksanakan tujuan hidup.
Deadline: not sure, about 5years.
Well, jalan berikutnya sepertinya tidak akan lurus. Aku memutuskan kembali ke negaraku tercinta, Indonesia, tanpa memiliki pengalaman kerja di negri ini. Berkali kali datang rasa yang menyayangkan keputusanku untuk langsung kembali ke tanah air karena kesempatan untuk berkarir dengan baik sudah di depan mata. Tapi tetap, adanya dorongan kuat untuk pulang dan 'berkarya' disana meneguhkanku untuk pulang. Aku senang dan takut pada saat yang sama, mirip yang kurasakan 4 taun lalu. I believe it's going to be another mountains of sweat, tears, and joy.
Mengingat 'teguran' Papi dari saat teduh kemarin (tepat setelah berakhirnya opening LASALLE show), 1 prinsip yang harus aku pegang selama sekitar 5 taun kedepan:
Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar (Amsal 2:20)
Now that i've chosen the path that's not taken, I know it's not going to be easy. Holding on to God's words and hand is my only choice. So please, guide me, Lord. Please, give me stregth, Your wisdom, and joy of heaven.
What about your journey, friends? Ciayo!! God bless :D
Note: Congratulations to all graduates. Thank you so much to all the lecturers (Shuang Shuang, Andri, Colin, Jessica, Shannon, Eugene, Kevin, Tito, Hidayah, Joselyn, and Stanley). Thank you so much for mom and dad, sister, dika, PUB friends, dudud, who were there and supported along my journey.
Friday, May 27, 2011
Monday, May 16, 2011
"i can't.."
Itulah kata2 yang secara tidak sadar sering kita ucapkan dalam hati. Atau, menjadi mindset dalam pikiran kita waktu kita diperhadapkan dengan tantangan hidup.
But, really?
Bulan April taun lalu, aku sedang menghadapi ujian akhir diploma ku. Sudah pasti, waktu itu sepertinya susah bernafas karena deadline sudah didepan mata. Mendadak, ada temen papa yang akan bertamu karena mereka mau berobat di sini, dan sudah pasti akan nginap sekitar seminggu di rumahku. Dengan berat dan tidak ada pilihan, 3 orang tamu nginap di rumah disaat saat paling crucial untuk ujian akhir diploma ku. Lewat telpon, aku cuman bilang ke mama "mi.. pokoknya ndak mau tau, taun depan kalo aku ujian akhir level 3 (sama dengan Bachelor, ato biasanya disebut sidang akhir), aku ndak sanggup nerima tamu ya.. Kalopun terpaksa, mami harus dateng kesini bantuin nemeni tamu dan bersih2.. pokoknya aku ndak sanggup.. oke?" Mama bilang oke, dan mengerti kalo deadline didepan mata aku pasti udah jadi zombie.
Nyaris setaun berlalu, tugas untuk sidang akhir selalu ku cicil untuk antisipasi siapa tau butuh ngeprint ulang mendadak ato hal2 buruk lainnya. Well, things always go wrong before deadlines. Singkat cerita, seharusnya 5 hari sebelum assessment set up aku sudah bisa menyelesaikan semuanya. Tapi seperti yang sudah aku bilang, things just go wrong.
Mendadak, saudara dari kakekku jatuh (umurnya udah 87 taun) di rumah cucunya, dan dia butuh oprasi secepatnya. Perasaanku sudah ga enak, kalo dia di operasi di sini, ada kemungkinan anak2nya (yang nemenin di rs dll) tinggal di rumah. Dan benar, hari terakhir dimana aku harus mem-finalize tugas, mereka datang dan otomatis tugasku molor. Memang, tugasku tinggal sedikit lagi, aku ga perlu begadang lagi dan pasti bisa selesai sebelum waktunya. Mami sempet tanya, butuh kah mami ke sini? setelah menangis dan mempertimbangkan keadaan di rumah sana yang juga sibuk, kuputuskan (tanpa pake hati; benernya mau mami ke sini) untuk menghadapi sendiri.
Tapi ternyata tetep, aku merasa ga focus persiapan sidang. Aku harus menjemput di changi malam2 (waktu itu flight nyampe jam 10 malam di delay stengah jam, lalu langsung ke rs, baru sampe rumah jam 2 pagi dan esoknya operasi jam 8 jadi jam 7 sudah harus di rs), mengantarkan ke rumah sakit, membersihkan rumah (harus, ga bisa pake alesan sibuk/capek untuk nyapu dan lap meja tiap hari). Capek fisik dan mental.
Dalam hati aku menjerit,
"Tuhan, aku ga sanggup..!!"
"Tuhan, i can't.."
Memang, aku berpikir, akulah yang paling tau batas2 pada diriku. Tekanan mental dan capek fisik ini sungguh terasa berat dan rasa2nya sudah ga bisa lagi. I know my limit, and i can't do it.
What should i do?
Aku memberikan pilihan2 ini buat diriku sendiri:
1. nangis
(keuntungan: lega sementara | kerugian: tidak ada dampak apa2 & capek)
2. tlp mami suruh datang hanya untuk menemani tamu
(keuntungan: mungkin sedikit enteng | kerugian: buang2 uang, papi ga ada yg nemenin & ngelayani waktu sibuk, ga bisa konsen2 amat soalnya pasti akan banyak cerita cerita)
3.bertahan dan berserah pada Tuhan
(keuntungan: melewati dan menyelesaikan sesuai rencana | kerugian: capek, tekanan mental)
Tentu, keadaan mendorongku untuk memilih pilihan ke tiga, karena ini sudah kuputuskan sejak awal. Singkat cerita, assessment set up berjalan lancar, dan sidang akhirpun ku selesaikan dengan baik.
Kawan, things just go wrong not in the right time. Sekuat apa kamu mau menanggulangi dan menghindari masalah tersebut, tetap ada hal2 yang memang butuh untuk dialami walau itu susah karena memang ada hal2 yang harus kita lewati untuk 'lulus' dari limit kita saat ini. Setelah lulus, nantinya kita sudah naik ke tingkat berikutnya kan?
Karena kita yang benar2 mengerti limit diri kita sendiri, waktu Tuhan bilang "do it..!" dan kita ngotot bilang "i can't..", berdoalah untuk meminta kekuatan dariNya dan mendapatkan hikmat bijaksana untuk melewati rintangan itu. Kita tau kalo kita ga bisa, jadi cuman dengan pertolonganNya saja kita bisa melewati tantangan2 kehidupan dengan mulus.
Percayalah, pada akhirnya kita pasti bisa melewati itu semua. Bertahan dan berserah kepadaNya. God bless! :D
Note: related post by Prima, click here. Silahkan dibaca dan semoga menjadi berkat. :)
But, really?
Bulan April taun lalu, aku sedang menghadapi ujian akhir diploma ku. Sudah pasti, waktu itu sepertinya susah bernafas karena deadline sudah didepan mata. Mendadak, ada temen papa yang akan bertamu karena mereka mau berobat di sini, dan sudah pasti akan nginap sekitar seminggu di rumahku. Dengan berat dan tidak ada pilihan, 3 orang tamu nginap di rumah disaat saat paling crucial untuk ujian akhir diploma ku. Lewat telpon, aku cuman bilang ke mama "mi.. pokoknya ndak mau tau, taun depan kalo aku ujian akhir level 3 (sama dengan Bachelor, ato biasanya disebut sidang akhir), aku ndak sanggup nerima tamu ya.. Kalopun terpaksa, mami harus dateng kesini bantuin nemeni tamu dan bersih2.. pokoknya aku ndak sanggup.. oke?" Mama bilang oke, dan mengerti kalo deadline didepan mata aku pasti udah jadi zombie.
Nyaris setaun berlalu, tugas untuk sidang akhir selalu ku cicil untuk antisipasi siapa tau butuh ngeprint ulang mendadak ato hal2 buruk lainnya. Well, things always go wrong before deadlines. Singkat cerita, seharusnya 5 hari sebelum assessment set up aku sudah bisa menyelesaikan semuanya. Tapi seperti yang sudah aku bilang, things just go wrong.
Mendadak, saudara dari kakekku jatuh (umurnya udah 87 taun) di rumah cucunya, dan dia butuh oprasi secepatnya. Perasaanku sudah ga enak, kalo dia di operasi di sini, ada kemungkinan anak2nya (yang nemenin di rs dll) tinggal di rumah. Dan benar, hari terakhir dimana aku harus mem-finalize tugas, mereka datang dan otomatis tugasku molor. Memang, tugasku tinggal sedikit lagi, aku ga perlu begadang lagi dan pasti bisa selesai sebelum waktunya. Mami sempet tanya, butuh kah mami ke sini? setelah menangis dan mempertimbangkan keadaan di rumah sana yang juga sibuk, kuputuskan (tanpa pake hati; benernya mau mami ke sini) untuk menghadapi sendiri.
Tapi ternyata tetep, aku merasa ga focus persiapan sidang. Aku harus menjemput di changi malam2 (waktu itu flight nyampe jam 10 malam di delay stengah jam, lalu langsung ke rs, baru sampe rumah jam 2 pagi dan esoknya operasi jam 8 jadi jam 7 sudah harus di rs), mengantarkan ke rumah sakit, membersihkan rumah (harus, ga bisa pake alesan sibuk/capek untuk nyapu dan lap meja tiap hari). Capek fisik dan mental.
Dalam hati aku menjerit,
"Tuhan, aku ga sanggup..!!"
"Tuhan, i can't.."
Memang, aku berpikir, akulah yang paling tau batas2 pada diriku. Tekanan mental dan capek fisik ini sungguh terasa berat dan rasa2nya sudah ga bisa lagi. I know my limit, and i can't do it.
What should i do?
Aku memberikan pilihan2 ini buat diriku sendiri:
1. nangis
(keuntungan: lega sementara | kerugian: tidak ada dampak apa2 & capek)
2. tlp mami suruh datang hanya untuk menemani tamu
(keuntungan: mungkin sedikit enteng | kerugian: buang2 uang, papi ga ada yg nemenin & ngelayani waktu sibuk, ga bisa konsen2 amat soalnya pasti akan banyak cerita cerita)
3.bertahan dan berserah pada Tuhan
(keuntungan: melewati dan menyelesaikan sesuai rencana | kerugian: capek, tekanan mental)
Tentu, keadaan mendorongku untuk memilih pilihan ke tiga, karena ini sudah kuputuskan sejak awal. Singkat cerita, assessment set up berjalan lancar, dan sidang akhirpun ku selesaikan dengan baik.
Kawan, things just go wrong not in the right time. Sekuat apa kamu mau menanggulangi dan menghindari masalah tersebut, tetap ada hal2 yang memang butuh untuk dialami walau itu susah karena memang ada hal2 yang harus kita lewati untuk 'lulus' dari limit kita saat ini. Setelah lulus, nantinya kita sudah naik ke tingkat berikutnya kan?
Karena kita yang benar2 mengerti limit diri kita sendiri, waktu Tuhan bilang "do it..!" dan kita ngotot bilang "i can't..", berdoalah untuk meminta kekuatan dariNya dan mendapatkan hikmat bijaksana untuk melewati rintangan itu. Kita tau kalo kita ga bisa, jadi cuman dengan pertolonganNya saja kita bisa melewati tantangan2 kehidupan dengan mulus.
Percayalah, pada akhirnya kita pasti bisa melewati itu semua. Bertahan dan berserah kepadaNya. God bless! :D
Note: related post by Prima, click here. Silahkan dibaca dan semoga menjadi berkat. :)
Subscribe to:
Posts (Atom)